Mewujudkan Pendidikan Karakter Yang Berkualitas
Membentuk
siswa yang berkarakter bukan suatu upaya mudah dan cepat.. Diperlukan sejumlah
waktu untuk membuat semua itu menjadi custom (kebiasaan) dan membentuk watak
atau tabiat seseorang. Dalam tataran teori, pendidikan karakter sangat
menjanjikan bagi menjawab persoalan pendidikan di Indonesia. Namun dalam
tataran praktik, seringkali terjadi bias dalam penerapannya.Hal tersebut
memerlukan upaya terus menerus dan refleksi mendalam untuk membuat rentetan Moral
Choice (keputusan moral) yang harus ditindaklanjuti dengan aksi nyata,
sehingga menjadi hal yang praktis dan reflektif.
Dalam tataran
teori, pendidikan karakter sangat menjanjikan bagi menjawab persoalan pendidikan
di Indonesia. Namun dalam tataran praktik, seringkali terjadi bias dalam
penerapannya. Tetapi sebagai sebuah upaya, pendidikan karakter haruslah sebuah
program yang terukur pencapaiannya. pendidikan karakter merupakan upaya yang
harus melibatkan semua pemangku kepentingan dalam pendidikan, baik pihak
keluarga, sekolah dan lingkungan sekolah dan juga masyarakat luas. Oleh karena
itu, langkah awal yang perlu dilakukan adalah membangun kembali kemitraan dan
jejaring pendidikan yang kelihatannya mulai terputus diantara ketiga
stakeholders terdekat dalam lingkungan sekolah yaitu guru, keluarga dan
masyarakat. Pembentukan dan pendidikan karakter tidak akan berhasil selama
antara stakeholder lingkungan pendidikan tidak ada kesinambungan dan
keharmonisan.
Dengan demikian, rumah tangga dan keluarga
sebagai lingkungan pembentukan dan pendidikan karakter pertama dan utama harus
lebih diberdayakan yang kemudian didukung oleh lingkungan dan kondisi
pembelajaran di sekolah yang memperkuat siklus pembentukan tersebut. Di samping
itu tidak kalah pentingnya pendidikan di masyarakat. Lingkungan masyarakat juga
sangat mempengaruhi terhadap karakter dan watak seseorang. Lingkungan
masyarakat luas sangat mempengaruhi terhadap keberhasilan penanaman nilai-nilai
etika, estetika untuk pembentukan karakter. Menurut Qurais Shihab (1996; 321),
situasi kemasyarakatan dengan sistem nilai yang dianutnya, mempengaruhi sikap
dan cara pandang masyarakat secara keseluruhan. Jika sistem nilai dan pandangan
mereka terbatas pada kini dan disini, maka upaya dan ambisinya terbatas pada
hal yang sama.
Maka kuncinya
adalah ada alat ukur yang benar sehingga ada evaluasi dan tahu apa yang harus
diperbaiki, adanya tiga komponen penting (guru, keluarga dan masyarakat) dalam
upaya merelaisasikan pendidikan karakter berlangsung secara nyata bukan hanya
wacana saja tanpa aksi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar